Tren Bibliometrik dalam Penelitian Penalaran Semiotik: Wawasan dari Pendidikan Matematika

 Abstrak

Latar belakang penelitian:  Penalaran semiotik khususnya pada bidang matematika merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami dan menginterpretasikan simbol-simbol matematika, seperti angka, rumus, grafik, dan representasi matematis lainnya. Hal tersebut melibatkan kemampuan untuk menghubungkan simbol-simbol ini dengan konsep-konsep matematika yang lebih luas, serta untuk menghasilkan berbagai interpretasi atau penafsiran terhadap masalah matematika yang diberikan

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis bibliometrik terhadap penalaran semiotic dalam bidang matematika terhadap pengembangan pengelolaan pengetahuan artikel terbitan yang terdapat dalam database Scopus antara tahun 1992 hingga 2024.

Metode: Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang terdiri dari analisis sitasi dan analisis co-occurrence (co-occurrence analysis). Teknik pengambilan data dengan memasukkan frase kunci "semitic reasoning" dengan 31 artikel dan "semiotic AND mathematics" dengan 74 artikel dalam database Scopus dengan total 105 publikasi. Data dianalisis menggunakan paket perangkat lunak bibliometrix-biblioshiny perangkat lunak R Studio.

Temuan: Jenis dokumen terbanyak berupa 105 artikel. Studi pendidikan dalam matematika adalah sumber publikasi tertinggi dengan 10 publikasi. Kolaborasi tertinggi antara negara asal penulis adalah kolaborasi antara Amerika Serikat dan Spanyol dengan total 12 publikasi. Jumlah produktivitas publikasi berfluktuasi dan puncak produktivitas publikasi tertinggi pada tahun 2022 dengan 18 publikasi. Jumlah rata-rata sitasi per tahun berfluktuasi dan rata-rata sitasi tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan peningkatan hingga 18%%. Topik tren dengan 73 istilah frekuensi adalah topik "semiotika" dengan periode 2009 – 2012. Pemetaan 2 cluster dengan topik yang paling banyak muncul, yaitu semiotika, mahasiswa, masalah matematika, cerdas, agen, penalaran berbasis kasus, proses penalaran, pendekatan semiotik, dll.

Kesimpulan: Topik "penalaran semiotik dan masalah matematika dan siswa" dapat dipelajari dan diteliti lebih lanjut karena jumlah kutipan dan pengaruhnya tinggi dan masih sedikit yang melakukan penelitian tentang topik tersebut. Ini adalah peluang yang dapat dimanfaatkan untuk selanjutnya.

 

Kata kunci: bibliometrik; semiotik-penalaran; matematika; scopus; r studio

 

Pendahuluan

Penalaran semiotik adalah proses atau kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan tanda-tanda atau simbol-simbol, baik itu dalam bentuk bahasa, gambar, atau objek fisik. Dalam konteks pendidikan,penalaran semiotik mengacu pada kemampuan pengajar dan siswa yang terlibat didalamnya untuk menghasilkan berbagai interpretasi terhadap objek atau tanda tertentu (Suryaningrum, et all., 2023). Hal tersebut berlaku saat proses belajar-mengajar untuk memahami bagaimana makna dan konsep dibangun melalui interaksi komunikatif antara pengajar dan siswa. Terdapat berbagai mata pelajaran yang membutuhkan adanya penalaran semiotik, salah satunya yaitu dalam mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang fundamental dalam kurikulum pendidikan. Mata pelajaran ini tidak hanya mempelajari konsep-konsep dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, tetapi juga mencakup area-area yang lebih kompleks seperti geometri, aljabar, statistika, dan kalkulus. Pembelajaran matematika tidak hanya mengajarkan keterampilan komputasi, tetapi juga melatih kemampuan logika, pemecahan masalah, dan pemikiran kritis. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting karena matematika berperan dalam berbagai bidang, termasuk sains, teknologi, ekonomi, dan rekayasa. Penalaran semiotik khususnya pada bidang matematika merujuk pada kemampuan seseorang untuk memahami dan menginterpretasikan simbol-simbol matematika, seperti angka, rumus, grafik, dan representasi matematis lainnya. Hal tersebut melibatkan kemampuan untuk menghubungkan simbol-simbol ini dengan konsep-konsep matematika yang lebih luas, serta untuk menghasilkan berbagai interpretasi atau penafsiran terhadap masalah matematika yang diberikan. Misalnya pada pada bidang geometri, penalaran semiotik memungkinkan tidak hanya siswa, tetapi juga calon guru untuk memahami bahwa simbol-simbol geometris seperti garis, sudut, dan bentuk dapat direpresentasikan dalam bentuk grafik, diagram, atau model fisik. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ifunanya Ubah dan Sarah Bansilai pada tahun 2019  dengan judul “The use of semiotic representations in reasoning about similar triangles in Euclidean geometry” yang membahas sebuah studi yang meneliti peran representasi semiotic dalam penalaran 65 calon guru tentang persamaan segitiga dalam geometri Euclides. Teori Duval tentang konversi dan perlakuan digunakan sebagai kerangka untuk memahami kesulitan calon guru dalam berpindah antara representasi visual dan simbolik (Ubah dan Bansilai, 2019). Selain itu  penalaran semiotic diperlukan untuk menggembangkan nalar berpikir kritis dalam membangun sifat-sifat bangun ruang, salah satu contohnya adalah persegi Panjang (Suryaningrum, et all., 2023).

Secara keseluruhan, pengalaman semiotik dalam matematika tidak hanya mengembangkan kemampuan siswa dalam mengenali simbol-simbol matematika, tetapi juga dalam menghubungkan simbol-simbol tersebut dengan konsep-konsep matematika yang lebih luas, serta dalam menghasilkan berbagai interpretasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah matematika yang kompleks.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Coretan 27 Oktober 2016

Uh