Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Hujan

Bulir-bulir hujan yang mengguyur kenangan, membasahi angan, dan meneteskan impian... -Amira Oribia-

Dua Puluh Tiga November

Dua tahun yang lalu, kita merayakan 23 november Membuat kejutan yang kamu balas dengan senyuman Saling berpelukan seakan tak akan pernah terpisahkan Setahun yang lalu, aku merayakan 23 november Dengan berlembar-lembar tisu Tatapan kosong dan pikiran kacau Tahun ini, aku merayakan 23 november Dengan sebuket bunga di pusara serta berbait-bait do’a Aku sadar hanya itu yang bisa membuatmu bahagia Selamat Ulang Tahun ke- 23, Bidadari 23 November Semoga slalu bahagia dan tenang di alam sana Amin --------------------------------------------------------------------------------------  Room - 23112015

Sayapku Patah

Sayapku patah... Aku tersungkur di atas tanah Berusaha menahan perih yang membuncah Masih bersyukur tidak terjatuh di kawah Aku mulai jengah... Tidak adakah yang memberikan galah? Membantuku setidaknya menuju lembah Dalam diam aku mengendalikan amarah Lalu kau memberiku celah Keramahtamahanmu menjamah Kau menuntunku menemukan arah Membuat sayapku mulai mengepak memerah Hingga akhirnya kutahu rasamu terbelah Kebahagiaanku kembali terpendam dalam susah Kenyataan tentangmu membuat sayapku patah Jauh lebih parah.. Beberapa mengatakan aku kena tulah Berteriak dan tertawa sumringah Siapa yang harus berbenah? Aku sadar dia bukan ranah Aku tidak mau lagi berkilah Karna mengalah bukan berarti kalah Yakinkah diri berbalut zirah Aku sadar citaku harus berkiprah Aku tidak akan menyerah Aku akan terus melangkah Walau berdarah, walau bernanah, Walau sayapku patah..... ----------------------------------------------------------------------

Malaikat

Katamu aku malaikat? Segalamu terasa memikat. Senyummu, bahasamu, lakumu bagai pukat. Membuatku kilat terjerat. Aku menyerah tanpa syarat. Oh nikmat... Dia juga malaikat? Dia datang bagai ranjau darat. Katanya kamu hanya melepas penat. Berlindung di balik adat istiadat. Niat nyata mengikat. Oh laknat... Siapa lagi yang malaikat? Segalanya mulai terasa kiamat. Nafasku semakin berat. Bebanku semakin berkarat. Oh nikmat... Oh laknat... -------------------------------------------------------------------------------------- Home, 08 Oktober 2014 /  23:37 WIB

Bunga dalam Kertas Undangan

Secarik kertas undangan Terhempas dari genggaman Penuh bunga hiasan Mengukuhkan kenyataan Memberatkan beban Memporak-porandakan perasaan Menghancurkan seluruh kepercayaan Meluruhkan semua kenangan Tiada peduli dengan penjelasan serta alasan Semua sudah terlukiskan Menawan sekaligus memuakkan  Bagai bunga dalam kertas undangan My Room, 2013 / 09:30

Surat untuk Kakak yang Menyebarkan Virus Writing is Healing.

Untukmu, kakak yang menyebarkan virus writing is healing. Writing is healing. I totally agree with you. Menangis tidak pernah menyembuhkan, menangis hanyalah pelengkap untuk diungkap agar perasaan kita lega. Tetapi dengan menulis tidak hanya membuat perasaan lega ditambah juga dapat menyembuhkan luka. Terimakasih untuk semangat, perhatian, dan apresiasinya. Ya, menjadi yang terbaik tidak harus sendirian. Lagi-lagi aku setuju dengan itu. Katanya kebersamaan memang yang paling indah, termasuk belajar bersama-sama. Oh mungkin bukan belajar, tapi membiasakan. Tetapi membiasakan juga termasuk proses pembelajaran J Jenis tulisan kita memang berbeda. Mungkin aku lebih dekat dengan hujan badai, sedangkan kakak lebih dekat dengan pelangi. Mengapa pelangi? Karena memang beragam layaknya permen manis asam asin, rame rasanya (malah ngiklan, hahaha). Kembali lagi ke badai dan pelangi. Badai dan pelangi memang tak pernah bertemu secara langsung, tetapi keduanya merupakan proses yang berk

Tentang Malam dan Siang

Dulu aku berbicara tentang malam. Tentang rembulan. Dan tentang cahayanya.                         Dulu kamu berbicara tentang siang.                         Tentang matahari.                         Dan tentang sinarnya.                    Lalu aku berbicara tentang kecerahan siang. Tentang matahari dan sinarnya. Tentang keceriaan dan semangat siang Lalu kamu berbicara tentang kemisteriusan malam                         Tentang rembulan dan cahayanya.                         Tentang ketenangan dan keheningan malam. Tapi kini aku berbicara tentang kabut. Tentang cahaya redup rembulan. Dan tentang kegelapan. Kini kamu berbicara tentang awan mendung. Tentang matahari yang murung. Dan tentang kegelapan. Aku adalah malam. Aku adalah rembulan. Dan aku tidak sanggup berbicara lagi.                         Kamu adalah siang.                         Kamu adalah matahari.                         Dan telah memutuskan untuk tidak berbicara lagi.

Kamu, Dia, Aku (Bukan Hanya Soal Hati)

Kamu, Dia, Aku di sini... Ini bukan hanya soal hati. “Masa yang tlah terlewati” katamu, “Responsibility” katanya, “Hati” kataku. Tapi ini bukan hanya soal hati. “Andai” katamu, “Pasti” katanya, “Tapi” kataku. Ini bukan hanya soal hati. “Mati” katamu, “Tetap di sini” katanya, “Basi” kataku. Ini bukan hanya soal hati. “Aspirasi” katamu, “Harga diri” katanya, “Solusi” kataku. Ini bukan hanya soal hati. “Harus lari” katamu, “Harus berhenti” katanya, “Harus punya nyali” kataku. Ini bukan hanya soal hati. “Ini tentang mimpi” katamu, “Jangan seperti ini” katanya, “Lingkaran tanpa henti” kataku Ini bukan hanya soal hati. “Tapi ini soal hati” katamu, “hati-hati” katanya, “ini soal hati” kataku Ini bukan hanya soal hati. “Aku ingin pergi” katamu, “Aku ingin di sini” katanya, “Aku ingin sendiri” kataku. Ini bukan hanya soal hati. Kamu, Dia, Aku di sini... --------------------------------------------------------

Uh

Uh... Terus mengayuh, Tlah jauh, Tetes peluh, Acuh... Uh... Terus mengayuh, Tlah jauh, Tetes peluh, Jenuh... Uh...            Berhenti mengayuh, Tidak jauh, Tanpa peluh, Jatuh ... ----------------------------------------------------------- Home, 08 Oktober 2014 / 13.30

Kau

Kau ... Kau adalah ... Awal pikiran yang tertuang dalam tulisan Kau adalah ... Rangkaian huruf yang dimainkan filsuf Kau adalah ... Rangkaian kalimat yang belum tamat Kau adalah ... Paragraf yang bukan seperti demograf Kau adalah ... Cerita yang berjeda Kau akankah ... Akhir yang bukan nadir? ------------------------------------------------------------- Home, 08 Oktober 2014 /  12:00

Kabut Malam

Dalam kabut aku sendiri. Aku berpikir "Apa yang menarik dari kabut malam?" Ini terlalu pekat untuk ditembus seorang diri. Dalam kabut aku menari. Berpikir lagi "Apa yang menarik dari kabut malam?" Ini terlalu beku untuk berdiam diri. Dalam kabut aku berhenti. Masih berpikir "Apa yang menarik dari kabut malam?" Ini terlalu letih untuk terus mencari. Dalam kabut aku berlari. Berhenti berpikir apa yang menarik dari kabut malam. Ini tetap menjadi misteri. ---------------------------------------------------------------------- Work Place, 04 November 2015 / 11:05

Aku dan Kamu

Kamu. Kamu itu satu. Nomor satu bagiku. Aku. Aku itu satu. Satu nomor di bawahmu. Satu adalah kamu. Kamu adalah aku. Aku adalah satu. Kita satu bagiku. Kita tak satu bagimu. Aku dan Kamu. ------------------------------------------- My Room, 29 Oktober 2015 / 19:57

Kabut

Aku melihat kabut. Tercerabut. Carut marut. Dalam, sedalam-dalamnya. Berusaha mencari titik noktah. Tergugah. Terperangah. Dalam, sedalam-dalamnya. Tanpa penghujung. Terhuyung. Tersandung. Dalam, sedalam-dalamnya. Aku memendam. Dalam diam. Dalam malam. Dalam, sedalam-dalamnya. Aku melihat kabut. Tercerabut. Carut marut. Dalam, sedalam-dalamnya. ------------------------------------------------------ My Room, 29 Oktober 2015 / 19:00