Surat untuk Kakak yang Menyebarkan Virus Writing is Healing.


Untukmu, kakak yang menyebarkan virus writing is healing.

Writing is healing. I totally agree with you. Menangis tidak pernah menyembuhkan, menangis hanyalah pelengkap untuk diungkap agar perasaan kita lega. Tetapi dengan menulis tidak hanya membuat perasaan lega ditambah juga dapat menyembuhkan luka. Terimakasih untuk semangat, perhatian, dan apresiasinya. Ya, menjadi yang terbaik tidak harus sendirian. Lagi-lagi aku setuju dengan itu. Katanya kebersamaan memang yang paling indah, termasuk belajar bersama-sama. Oh mungkin bukan belajar, tapi membiasakan. Tetapi membiasakan juga termasuk proses pembelajaran J

Jenis tulisan kita memang berbeda. Mungkin aku lebih dekat dengan hujan badai, sedangkan kakak lebih dekat dengan pelangi. Mengapa pelangi? Karena memang beragam layaknya permen manis asam asin, rame rasanya (malah ngiklan, hahaha). Kembali lagi ke badai dan pelangi. Badai dan pelangi memang tak pernah bertemu secara langsung, tetapi keduanya merupakan proses yang berkesinambungan. Pelangi tidak akan muncul tanpa didahului hujan badai. Dan akhir dari hujan badai rasanya tidak lengkap tanpa adanya pelangi. Tapi diatas semua itu kita sama-sama menampakkan diri dari langit. Jika kita sama dengan langit, maka kita adalah keluarga.  Begitu kan kakak Dhini Khatulistiyani? Hehe (Maafkan karena asal comot salah satu judul tulisanmu, hehe).

Miss you too :-*



Dari aku, pemula yang masih berkutat dengan pembiasaan


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Persimpangan

Kabut